KEGIATAN PEMBELAJARAN 3:
TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK
1. Sudut pengambilan gambar (Camera Angle)
Hal yang
perlu diperhatikan dalam penataan
kamera salah satunya adalah
camera angle atau sudut pandang kamera.
Pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat akan mempertinggi visualisasi
dramatik dari suatu cerita.
Sudut kamera di bagi menjadi 3 jenis yaitu sudut
kamera obyektif, subyektif dan point of view.
a. Sudut
kamera obyektif
Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak
dari sudut pandang pemain tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili
siapapun. Penonton tidak dilibatkan, dan pemain tidak merasa ada kamera, tidak
merasa ada yang melihat.
Berbagai sudut kamera
obyektif sbb:
Ø Bird Eye View
Teknik
pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di atas
ketinggian obyek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda
lain tampak kecil, misalnya gedung
bertingkat, rumah, jalan, dan sungai.
Gambar
1:
Bird Eye View
Ø High Angle
Pengambilan gambar dari atas obyek yang diarahkan ke
bawah sehingga mengesankan obyek terlihat kecil. Kesan yang ingin ditimbulkan
pada angle ini yaitu kesan tertekan atau lemah.
Gambar
2:High
Angle View
Ø Low Angle
Sudut
pengambilan dari arah bawah obyek sehingga mengesankan obyek tampak terlihat besar. Teknik ini memiliki
kesan dramatis yaitu nilai agung/prominance, berwibawa, kuat, dan dominan.
Gambar
3: Low Angle View
Ø Eye level atau Straight Angle
Sudut
pengambilan gambar sejajar dengan obyek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan
pandangan mata seseorang. Posisi
kamera dan obyek sejajar. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis
melainkan kesan wajar dan sering
digunakan pada liputan stand up
reporting.
Gambar 4 Eye Level View
Ø Frog eye
Sudut
pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan
obyek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton
mewakili mata katak. Motivasi teknik
pengambilan gambar ini untuk memberikan kesan dramatik pada obyek unik atau
aneh.
Gambar
5: Frog Eye View
b. Sudut
kamera subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton
yang dilibatkan, misalnya melihat ke penonton. Atau dari sudut pandang pemain
lain, misalnya film horor. Sudut kamera subyektif dilakukan dengan beberapa
cara:
· Kamera
berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka dalam adegan, sehingga
dapat menimbulkan efek dramatik .
·
Kamera
berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton dapat
menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu.
c. Sudut
kamera point of view
Yaitu suatu gabungan antara
obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v diambil sedekat shot
obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah shot subyektif, dan tetap
obyektif. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan
penonton beradu pipi dengan pemain yang di luar layar. Contoh paling jelas
adalah mengambil close up pemain yang menghadap ke pemain di luar layar
dan sebelumnya didahului dengan Over Shoulder Shot.
2. Bidang pandang pengambilan gambar (Frame Size)
Seorang pembuat film
harus memiliki pemahaman tentang bagaimana cara membuat ukuran gambar (frame size) atau
komposisi yang baik dan menarik dalam setiap adegan filmnya. Komposisi berarti
pengaturan (aransemen) unsur-unsur yang terdapat dalam gambar untuk membentuk
satu kesatuan yang serasi (harmonis) di dalam sebuah bingkai. Batas bingkai
pada gambar yang terlihat pada view finder atau LCD kamera, itulah yang
disebut dengan framing. Seorang juru kamera harus mempertimbangkan komposisi di mana dia harus menempatkan
obyek yang diharapkan akan menjadi POI (Point of Interest atau obyek
utama yang menjadi pusat perhatian) dan seberapa besar ukuran obyek tersebut dalam frame. Kesimpulannya
komposisi shot atau biasa disebut dengan shot size adalah pengukuran sebuah
gambar yang ditentukan berdasarkan obyek, pengaturan besar dan posisi obyek
dalam frame (bingkai), dan posisi kamera yang diinginkan.
Beberapa shot dasar yang sering digunakan
dalam pengambilan gambar, antara lain extreme long shot, long shot, medium long
shot, medium shot, medium close up, close up, big close up, extreme close up.
a.
Extreme
long shot (ELS)
Gambar
diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan obyek lagi tetapi latar
belakangnya. Fisik manusia nyaris tak tampak, namun dapat diketahui posisi obyek tersebut
terhadap lingkungannya.
Gambar
6:
Extreme Long Shot
b.
Long
shot (LS)
Pengambilan gambar obyek
dengan latar belakang yang jelas. Berfungsi sebagai establishing shot (shot
pembuka sebelum digunakan shot-shot yg berjarak lebih dekat). Fisik manusia
tampak jelas namun latar belakang masih dominan.
Gambar 7 : Long Shot (LS)
c.
Full Shot (FS)
Merupakan teknik yang memperlihatkan komposisi obyek
secara total, dari ujung kepala hingga ujung kaki (bila obyek manusia). Tujuannya untuk memperkenalkan tokoh lengkap dengan setting latarnya
yang menggambarkan posisi obyek
berada. Biasanya gambar ini digunakan sebagai opening shot (biasanya zoom
in hingga ke medium shot untuk menggambarkan wajah tokoh yang
bersangkutan lebih detail).
Gambar
8: Full Shot
d. Medium long shot (MLS) atau Knee Shot
Komposisi manusia dan
lingkungan relatif seimbang. Gambar diambil dari jarak yang wajar,
sehingga jika misalnya terdapat 3 obyek maka seluruhnya akan terlihat. Bila
objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.
Gambar 9: Medium
Long Shot (MLS) atau Knee Shot
e.
Medium
shot (MS)
Sosok manusia mulai dominan dalam frame. Tubuh manusia
terlihat dari pinggang ke atas hingga kepala. Gambar ini sering
dilakukan untuk master shot pada saat moment interview.
Gambar
10: Medium Shot (MS)
f.
Medium
Close Up (MCU)
Sosok manusia mulai
mendominasi dalam frame. Tubuh manusia tampak dari dada ke atas hingga kepala.
Biasanya digunakan untuk adegan percakapan normal.
Gambar
11:
Medium
Close Up (MCU)
g.
Close
up (CU)
Komposisi
ini untuk memperjelas ukuran gambar. Tubuh manusia terlihat dari leher bagian bawah hingga kepala. Komposisi ini
menunjukan penggambaran emosi atau reaksi terhadap suatu adegan. Biasanya digunakan
untuk adegan dialog yang lebih intim.
Gambar
12:
Close
Up (CU)
h.
Big
Close Up (BCU)
Pengambilan gambar obyek
dari dagu hingga kepala. Gambar ini bertujuan menampilkan
kedalaman pandangan mata dan ekspresi
wajah. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi, BCU dapat mewujudkan emosi tersebut.
Gambar
13 Big Close Up
i.
Extreme
Close Up (ECU)
Penggambilan
gambar dengan hanya
memperlihatkan detail bagian-bagian tertentu, misalnya hidung, mata, atau
telinga.
Gambar
14:
Extreme
Close Up (ECU)
3. Gerakan kamera dalam pengambilan gambar
Untuk menciptakan gambar
yang dinamis dan dramatis, kita perlu mengenal macam-macam gerakan kamera,
antara lain panning, tilting, zooming, dan dolly/tracking.
a.
Panning
Pan
singkatan dari panorama, yaitu pergerakan horizontal kamera dari kiri ke kanan
atau sebaliknya. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggerakkan body camera tanpa mengubah posisi
kamera. Panning ada 2, yaitu pan right dan pan left. Pan right yaitu kamera bergerak (menyapu obyek) dari kiri ke
kanan. Sedangkan pan left yaitu
kamera bergerak (menyapu obyek dari kanan ke kiri. Waktu standar untuk melakukan panning berkisar antara 3 sampai 5 detik.
Gambar
15:
Tampak atas gerakan
Panning
b.
Tilting
Pergerakan vertikal kamera dari atas ke bawah atau sebaliknya. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggerakkan body camera tanpa mengubah posisi
kamera. Tilting ada 2, yaitu tilt up dan tilt down. Tilt Up yaitu
kamera bergerak (menyapu obyek) dari bawah ke atas. Sedangkan tilt down yaitu kamera bergerak (menyapu
gambar) dari atas ke bawah. Pergerakan
ini menampilkan sosok secara perlahan-lahan, sehingga menimbulkan rasa
penasaran penonton.
Gambar 16: Tampak
depan gerakan
Tilting
c. Zooming
Yaitu gerakan lensa kamera dalam merekam obyek. Dimana
posisi kamera dalam keadaan statis/diam, cukup dengan menekan tombol zoom pada
kamera atau dengan memutar ring lensa secara manual. Zooming ada 2, yaitu zoom in
dan zoom out. Zoom in yaitu gerakan lensa untuk memperbesar atau mendekatkan
obyek dalam gambar. Sedangkan zoom out
yaitu gerakan lensa untuk merekam obyek mengecil atau menjauh.
Gambar 17: Gerakan Zooming
d.
Dolly/Tracking
Yaitu pergerakan kamera
akibat perubahan posisi kamera secara horizontal. Pergerakan dapat ke arah
manapun (maju, mundur, samping kanan, samping kiri, maupun melingkar) sejauh
masih menyentuh permukaan tanah. Gerakan kamera maju mendekati obyek disebut dolly in. Gerakan kamera menjauhi obyek
disebut dolly out. Posisi kamera
bergeser dari kiri ke kanan disebut crab
right. Posisi kamera bergeser dari kanan ke kiri disebut crab left. Posisi kamera berpindah
mengikuti gerakan obyek disebut follow.
Pergerakan kamera ini biasanya menggunakan dolly
yaitu segitiga beroda yang diletakkan di bawah kaki-kaki tripod) agar gambar
tidak shaking/berguncang.
Gambar
18: Tampak atas gerakan Crab
Gambar
19:
Tampak atas gerakan
Dolly
Terdapat
beberapa teknik lain
yang tidak hanya mengandalkan sudut pengambilan, ukuran gambar, gerakan kamera dan obyek tetapi juga
unsur- unsur lain seperti cahaya, properti dan lingkungan. Rata-rata
pengambilan gambar dengan menggunakan teknik-teknik ini menghasilkan kesan
lebih dramatik, diantaranya:
1)
Backlight Shot
Dalam teknik ini, pengambilan gambar
memperlihatkan wajah yang berbayang karena diabaikan oleh lensa kamera. Lensa
kamera lebih mengejar cahaya di belakang obyek sehingga obyek menjadi tidak
terkena cahaya. Pada prinsipnya, kamera selalu mengejar cahaya yang lebih
terang, sehingga jika ada obyek yang menghalangi cahaya maka obyek tersebut
akan terlihat gelap. Efek yang terjadi adalah obyek terlihat tidak
jelas, sementara background tampak terang benderang. Semakin terang cahaya
background, maka semakin gelap obyek.
Gambar 20: Backlight
Shot
2)
Reflection Shot
Dalam
teknik ini, juru kamera tidak
membidik obyek langsung ke sasaran, tetapi justru ke benda-benda yang
mengandung bayangan (refleksi) atau pantulan obyek. Jika dilakukan di kamar,
maka cermin bisa digunakan sebagai reflector. Jika dilakukan di taman, kolam bisa dijadikan
sebagai reflektor. Kesan yang ditimbulkan cukup dramatis karena pengaruh
media yang digunakan.
Gambar 21 Reflection Shot
3)
Door Frame Shot
Dalam teknik ini, pengambilan gambar dilakukan dengan membuka sebuah pintu
sedikit demi sedikit kemudian melongok ke
dalamnya. Seolah juru kamera mengintip tapi melalui pintu yang sedikit terbuka. Teknik ini memberikan kesan
menegangkan, misalnya dalam film horor. Penonton dibuat penasaran pada peristiwa
yang terjadi di balik pintu.
Gambar 22: Door
Frame Shot
4)
Artificial Framing Shot
Dalam teknik ini, juru kamera menempatkan benda-benda di depan kamera sehingga
efek yang muncul adalah keindahan karena kamera tidak langsung membidik obyek,
tetapi terhalangi oleh benda yang menjadi foreground.
Gambar 23: Artificial
Framing Shot
5)
Jaws Shot
Dalam
pengambilan gambar, biasanya obyek
tahu jika gambarnya akan di-shoot.
Tapi dalam teknik ini justru seolah-olah obyek tidak tahu sehingga ketika
kamera menyorot ke arahnya dia terlihat kaget, tapi dalam situasi yang
dramatik.
Gambar 24 Jaws Shot
6)
Framing with Background
Dalam teknik ini, fokus tetap di depan tapi latar belakangnya dimunculkan untuk memberi
kesan lain terhadap obyek tujuan. Obyek berada dalam kondisi yang benar-benar
tegas dan tajam, sementara background
dibiarkan buram karena tidak ada kaitannya dengan obyek.
Gambar 25 Framing WithBackground
7)
Tripod Transition
Pada teknik ini, posisi kamera berada
diatas tripod dan beralih dari obyek satu ke obyek lain secara cepat.
Gambar 26 Penggunaan Tripod Untuk Pengambilan Gambar
8)
Artificial Hairlight
Pada efek ini, rambut obyek diberi efek cahaya
buatan sehingga menimbulkan efek bersinar. Selain untuk menambah penampilan,
teknik ini juga untuk memberi batas antara obyek dengan background sehingga tampak lebih
terpisah antara obyek dan latar belakangnya.
Gambar 27: Artificial
Hairlight
9)
Fast Road Effect
Teknik pengambilan gambar ini memperlihatkan juru kamera berada di dalam
kendaraan yang sedang melaju kencang. Kesan
yang ditimbulkan adalah pemandangan jalan yang bergerak begitu cepat
memperlihatkan efek kecepatan mobil obyek.
Gambar 28: Fast Road Effect
10) Walking
Shot
Teknik
ini mengambil gambar pada obyek yang sedang berjalan. Biasanya digunakan untuk
menunjukkan orang yang sedang berjalan terburu-buru atau dikejar sesuatu.
Gambar 29 Walking Shot
11) Over
Shoulder
Pengambilan
gambar dari belakang obyek, biasanya obyek tersebut hanya terlihat kepala atau
bahunya saja. Pengambilan gambar ini digunakan untuk adegan dialog antar pemain.
Gambar 30: Over Shoulder
12) Profil
Shot: jika dua orang sedang berdialog, tetapi pengambilan
gambarnya dari samping, kamera satu memperlihatkan orang pertama dan kamera dua
memperlihatkan orang kedua.
Gambar 31 Profile Shot
KESIMPULAN
·
Pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat
akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita Sudut pengambilan
gambar dibagi menjadi tiga, yaitu subyektif, obyektif, dan point of view.
·
Terdapat beberapa shot dasar yang sering
digunakan dalam pengambilan gambar, antara lain extreme long shot, long shot,
medium long shot, medium shot, medium close up, close up, big close up, extreme
close up.
·
Untuk menciptakan gambar yang dinamis dan
dramatis, ada beberapa macam gerakan kamera, antara lain panning, zooming,
tilting, follow.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar