Kegiatan Pembelajaran 3: Merancang Skenario Film Pendek
Uraian Materi
1. Menulis Cerita
Menulis cerita adalah sebuah karya seni, yang penilaian
tentang baik atau buruknya sangat relatif. Setiap orang boleh untuk menulis cerita
apapun yang dikehendaki. Tetapi dalam menulis cerita untuk skenario film, ada
beberapa hal penting yang layak dicermati, yaitu penulis tidak sedang menulis
cerita untuk diri sendiri, melainkan untuk dipertontonkan kepada orang banyak/penonton, sehingga penulis harus paham, apa yang
diinginkan para
penonton.
Masih banyak lagi cerita-cerita yang bisa digali, baik
itu drama, action, komedi, atau pun horor. Yang penting adalah setiap cerita
ada sosok tokoh yang membuat para penonton simpati, sehingga tokoh itu akan
dibela oleh para penonton. Penonton akan makin tegang, apabila tokoh yang
mereka simpati menjadi korban sebuah teror. Itu yang biasa terjadi pada film
horor. Sehingga membuat cerita yang bagus, hal yang yang harus dipikirkan dalam
menulis cerita untuk skenario film yaitu cerita tersebut disukai para penonton.
2. Premis
Premis adalah ide/inti sari
dari sebuah cerita. Biasanya
premis hanya dibuat dalam 1 atau 2 kalimat saja. Untuk sebagian penulis
skenario, premis sangat penting, karena premis akan diletakan di depan/di atas
sebelum sinopsis. Hanya 1 atau 2 kalimat, premis sudah bisa mewakili apa yang
akan diceritakan dalam film tersebut.
Contoh:
Film PENGABDI SETAN, premisnya: “Seorang pembantu rumah
tangga datang untuk merebut harta majikannya, dengan cara mengabdi pada setan.”
Film ADA APA DENGAN CINTA, premisnya: “Cinta menipu
dirinya sendiri, di hatinya ada cinta. Cinta kemudian jujur, namun cinta itu
sudah hampir pergi.”
3. Sinopsis
Sinopsis adalah sebuah ringkasan cerita. Berarti cerita
dibuat secara ringkas yaitu singkat, padat, dan jelas. Pembuatan sinopsis
adalah proses yang sangat penting. Karena dari sinopsis, produser akan
menentukan cerita tersebut layak diproduksi atau tidak. Sebab, banyak cerita
yang sebenarnya baik/bagus, tapi gagal diproduksi karena penulis skenario
kurang memahami dalam menulis sinopsis.
Menulis sinopsis harus memikirkan dramaturgi. Artinya di
sinopsis itu sudah tergambar dengan jelas: Apa masalahnya? Bagaimana masalah
membesar? Dan seperti apa puncak masalah (biasa disebut turning point/klimaks)?
Dan seperti apa penyelesaiannya.
Contoh sinopsis yang lamban:
Pagi itu indah sekali. Palupi jalan santai dan ceria
menuju sekolahnya. Memang seperti itulah Palupi, selalu ceria. Sesampainya di
sekolah…….
Pembahasan:
Sinopsis di atas ketika dibaca, sangat lamban, sangat
bertele-tele. Ketika produser membaca pasti sudah malas. Karena dari 3 kalimat
yang dibuat,tidak ada informasi yang di dapat.
4. Scene Plot/Treatment
Merupakan tahapan yang paling penting dalam pembuatan
skenario. Sebab, Scene Plot/Treatment
ini bisa dikatakan sebagai blue print.
Dari scene plot, dramaturgi akan
dibuat secara gamblang. Kapan masalah dimulai? Kapan masalah akan memuncak (turning point)? Dan bagaimana
penyelesaian masalahnya?
Scene Plot/Treatment adalah uraian singkat yang ada di
setiap scene. Jadi scene plot akan ditulis dari scene 1 hingga scene terakhir.
Contoh Scene Plot:
Adegan dibuka dengan teriakan para murid di halaman
sekolah ketika upacara. Mereka senang, kepala sekolah memberi pengumuman jika
darma wisata tahun ini tujuannya ke Bali. Yola (tokoh utama) dan 3 sahabatnya
yaitu Disti, Tisa, Via juga sangat senang. Di barisan lain Waldi (keren, tapi
sok ganteng) memandangi
Yola dengan senyum penuh tanya.
5. Skenario
Halaman Pada Skenario
1. Skenario ditulis dengan menggunakan
huruf courier new 12.
2. Kertas ukuran A4 (8,5” X 11”).
3. Batas atas dan batas bawah antara 0,5
“ sampai 1”.
4. Margin kiri 1,2” sampai 1,6”.
5. Margin kanan 0,5” sampai 1”
6. Spasi 1.
7. Nomer halaman dicetak di kanan atas
halaman.
8. Dengan format penulisan seperti di
atas, rata-rata 1 halaman akan menjadi 1 menit adegan.
Jumlah Halaman
·
Sinetron
½ jam (dengan asumsi sudah termasuk iklan) masing-masing berkisar antara 15
sampai 20 halaman.
·
Sinetron
1 jam (sudah termasuk iklan) masing – masing bisa mencapai 40 sampai 44
halaman. Tapi biasanya jumlah halaman semakin lama akan berkurang (seiring
dengan bertambahnya episode), apabila sinetron tersebut mendapat sambutan bagus
dari penonton, sehingga berimbas pada jumlah spot iklan yang terpasang, yang
akan mempengaruhi bangunan cerita.
·
FTV
1,5 jam (sudah termasuk iklan) masing-masing 60 sampai 70 halaman.
·
FTV
2 jam (sudah termasuk iklan) masing-masing 85 sampai 95 halaman.
6. Scene Heading
Scene heading akan menerangkan kepada
pembaca skenario di mana
scene yang bersangkutan bertempat.
Penulisan scene heading selalu
diawali dengan nomer scene, lalu INT
(Interior, yang berarti di dalam ruangan) atau EXT (Exterior, berarti di luar
ruangan). Baru kemudian diikuti dengan tempat. Misalnya: RUMAH DANIEL, KAMAR
SOFIA, MOBIL, LAPANGAN SEPAKBOLA, DLL. Dan selanjutnya diakhiri dengan waktu scene tersebut. Misalnya: PAGI, SIANG,
SORE, MALAM, SUBUH.
Contoh penulisan Scene
Heading:
·
INT.
RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
·
EXT.
LAPANGAN SEPAKBOLA – SORE
·
INT.
JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
·
INT.
KAFE – MALAM
7. Action
Action atau biasa disebut dengan deskripsi, ditulis
sepanjang halaman. Pada action akan diterangkan kepada pembaca skenario tentang
apa yang terjadi dalam scene yang
bersangkutan. Siapa tokoh yang ada, apa yang dia/mereka lakukan, dan apa yang
terjadi. Tidak ada dialog dalam ruang action. Setiap nama tokoh ada baiknya
menggunakan huruf besar semuanya, agar memudahkan para pembaca tentang ada
berapa tokoh dalam scene tersebut.
Contoh:
·
INT.
RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL, 18, membanting majalah
di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya ditujukan pada BUDI, 45,
ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi anaknya itu.
·
INT.
JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan DANIEL
memegang kemudi dengan geram. Pandangannya
terus nanar, menerawang ke depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak
berani menegur DANIEL. ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil
berjalan dengan makin cepat.
8. Character Name (Nama Tokoh)
Penulisan nama tokoh yang berdialog ditulis dengan huruf
besar. Misalnya: DANIEL, ASTUTI, BUDI, DLL. Letak penulisannya adalah pada
posisi 3,5” dari kiri.
Apabila dalam sebuah scene
ada beberapa peran tambahan/figuran yang ikut berdialog bisa ditulis pekerjaan
si tokoh tersebut. Misalnya: POLISI #1, POLISI #2, GURU #1, DOKTER #3, dll.
Contoh:
·
INT.
RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL,
18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada BUDI, 45, ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi
anaknya itu.
DANIEL
·
INT.
JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan DANIEL
memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke depan.
ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL. ASTUTI
ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
DANIEL
9. Dialog
Penulisan dialog menjorok dari kiri sepanjang 2.0 “ –2.5”,
dengan panjang sekitar 30 sampai 35 karakter.
Contoh:
·
INT.
RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL,
18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada BUDI, 45, ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi
anaknya itu.
DANIEL
(MARAH) Liat
majalah itu, Pah!
BUDI makin
kaget. Perlahan pandangannya ditujukan ke majalah itu, pelan tangannya mengarah
ke majalah, mengambil majalah,
dilihatnya. Di cover depan majalah itu ada gambar BUDI dengan headline KORUPTOR.
10. Parenthetical
Dikenal juga dengan istilah emosi. Emosi yang ada pada
para tokoh yang sedang berdialog. Misalnya: Tertawa, marah, teriak, geram,
menangis, mengiba, dll.
Penempatan parenthetical diletakan di depan dialog.
Seperti yang sudah dicontohkan di atas. Namun ada cara penulisan skenario yang
lain, dimana keterangan emosi tersebut diletakan di tempat tersendiri, di bawah
nama tokoh dan di atas dialog, dengan posisi margin pada kurang lebih 3”.
Contoh:
·
INT.
RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL,
18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada BUDI, 45, ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi
anaknya itu.
DANIEL
(MARAH)
Liat majalah
itu, Pah!
(KERAS)
Liat!!!
Contoh
penulisannya:
·
EXT.
TAMAN – SORE
DANIEL dan
ASTUTI berjalan beriringan menyusuri jalan taman. Sesekali ASTUTI menoleh ke
DANIEL yang sedang kalut. Perlahan tangan ASTUTI menyentuh tangan DANIEL.
DANIEL merasakan itu.. DANIEL berhenti tepat di depan bangku taman, memandang ASTUTI..
DANIEL
(MENGHELA
NAFAS) Gue bosen sama semua ini, Ti.
DANIEL melihat
bangku.. lantas dia duduk di sana..
DANIEL
(CONTINUE)
Orang yang begitu gue kagumi, ternyata ngecewain gue.
11. Extension
Ada dua extension yang dikenal dalam penulisan skenario,
yaitu V.O dan O.S:
1. V.O singkatan dari Voice Over, artinya
suara orang bicara yang muncul pada saat si tokoh tidak sedang bicara. V.O
biasa digunakan untuk suara hati, suara pikiran, atau bisa juga untuk
menunjukan adanya suara hantu yang menggema. Penulisan V.O dengan menggunakan tanda kurung (V.O), yang diletakan di
belakang nama tokoh. Misalnya: DANIEL (V.O), ASTUTI (V.O), HANTU (V.O), DLL.
2. O.S singkatan dari Off Screen, yang
maksudnya adalah terdengar suaranya tapi tak terlihat yang bicara. Hal itu
biasa dijumpai misalnya ketika Daniel sedang bicara dengan Ibunya yang ada di
dalam kamar. Ketika itu Ibunya tidak terlihat di adegan, yang muncul hanya
suaranya saja ketika sedang berbicara dengan Daniel yang berada di luar kamar.
Ada juga penulis yang menulis O.C (Off Camera), tetapi kurang umum. Penulisan
dan penempatannya sama persis dengan V.O. Contohnya: IBUNYA DANIEL (O.S),
ASTUTI (O.S), DLL.
Contohnya:
INT. RUMAH
DANIEL. DEPAN KAMAR MAMA – SORE
DANIEL yang
sudah siap pergi, mengentuk pintu kamar Mamanya..
DANIEL
Cepetan, mah.
Udah sore nih.
MAMA (O.S)
Iya.. lima
menit lagi.
DANIEL
(KESAL) Aduh,
mama.. dari tadi lima menit melulu..
MAMA (O.S)
Oke.. oke..
kali ini bener-bener lima menit.
12. Transition
Dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan nama transisi.
Transisi ada di antara 2 scene.
Tepatnya antara ending scene sebelum
dengan scene heading sesudahnya. Ada
beberapa transisi yang ada dalam penulisan skenario, antara lain:
·
CUT TO: Perpindahan scene satu ke scene
berikutnya secara patah atau langsung.
·
DISSOLVE TO:
Perpindahan scene satu ke scene berikutnya dengan cara: gambar di scene satu memudar saat yang sama muncul gambar dari scene berikutnya yang menguat, berakhir
menjadi gambar scene berikutnya
secara keseluruhan.
·
FADE TO: Scene
satu perlahan menghilang menjadi gelap, diiringi dengan muncul gambar scene berikutnya secara perlahan.
Beberapa penulis menulis dengan FADE OUT:
FADE IN, yang maksudnya sama, yaitu gambar lama menghilang, muncul gambar
baru.
·
FLASH TO: Perpindahan scene yang disertai seperti munculnya
sebuah kilatan
Contoh penulisan Transition:
Mendengar perkataan DANIEL yang dianggap keterlaluan,
membuat BUDI menjadi marah. DANIEL memandang
marah ke wajah BUDI dalam-dalam. Setelah itu DANIEL memutuskan pergi.
CUT TO:
EXT. JALAN RAYA – SIANG
Mobil Daniel melintas dengan sangat
kencang.
CUT TO:
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SIANG
DANIEL
mengemudi mobilnya ngebut. Pandangannya marah, terus ke depan, kakinya terus
menekan gas, ada kemarahan di matanya.
13. Istilah-Istilah Lain Yang Digunakan
Di bawah ini beberapa istilah yang ada dalam penulisan
skenario:
a. B.G: Background
Contoh:
DANIEL masih
duduk di bangku taman. Di posisi B.G ada ASTUTI yang terus memandangi DANIEL dengan sedih.
b. F.G:Foreground
Contoh:
MARIA
mendekati SAMUEL yang menjadi F.G.
c. S.F.X:Sound Effect
Contoh:
S.F.X: Hujan
deras dan kilat yang menyambar-nyambar.
d. SPFX:Special Effect
Contoh:
S.P.F.X: Wajah
DAWSON menghadap kamera. Perlahan kulit wajah itu melepuh, kemudian meleleh
seperti lilin dan benar-benar menjadi cair seperti air yang mendidih.
e. P.O.V:Point Of View
Contoh:
SANDI menoleh
ke arah kanan. SANDI kaget.
P.O.V SANDI:
Di sana ada SANDRA, tetangganya, sedang berjualan di pinggir jalan.
14. Montage
Montage bisa didefinisikan dengan adegan-adegan singkat
yang bersambung-sambung untuk mempercepat dramaturgi cerita.
Misalnya:
Daniel akhirnya menyadari tentang kesalahannya, bahwa papanya yang selama ini
dia sangka korupsi, ternyata tidak sama sekali. Karena itu, Daniel buru-buru
pulang. Sampai rumah, papanya tidak ada. Papanya sudah pergi. Daniel mencari
tahu kesana-sini, dimana papanya berada. Tanya sana, tanya sini, mencari
kesana, mencari kesini, hingga kemudian sampailah Daniel di sebuah desa, dimana
dia mendapati papanya sudah sakit keras.
Adegan di atas akan berjalan dengan cepat. Montage lebih
sering tanpa dialog. Tapi jika ada dialog, hanya sedikit saja, yang fungsinya
hanya untuk menguatkan informasi.
Contoh penulisan Montage:
MONTAGE:
1. Daniel
melajukan mobilnya dengan kencang.
2. Mobil
Daniel sampai di halaman rumahnya.
3. Daniel
membuka pintu kamar papanya, disana tidak ada BUDI.
4. Daniel
mencari ke semua tempat di rumah dengan panik.
5. Daniel
dapat kabar dari Pembantu, BUDI pergi.
6. Daneil
mencari ke segala tempat.
7. Daniel
sampai di sebuah halaman rumah di desa.
9. Daniel
masuk rumah, mendapati papanya sudah sakit keras.
END OF MONTAGE.
15. INTERCUT
INTERCUT, atau beberapa penulis menulis dengan
istilah “INTERCUT WITH:”. Istilah INTERCUT digunakan untuk menggambarkan scene satu dengan scene
lain yang berpindah-pindah. INTERCUT
sering ditemukan ketika adegan telefon.
Misalnya, ketika DANIEL yang ada di mobilnya menelpon
ASTUTI yang ada di rumahnya. Percakapan di telepon cukup panjang, jadi tidak
mungkin setiap ASTUTI bicara akan disebut sebagai scene baru. Demikian juga ketika DANIEL bicara, bukan merupakan scene yang baru. Jika semua ditulis scene baru, bisa dibayangkan, ada berapa
scene di setiap adegan telepon.
Selain adegan bertelepon, INTERCUT WITH juga bisa digunakan pada beberapa adegan yang lain
yang membutuhkan CUT TO CUT dari scene 1 ke scene lainnya. Misalnya pada sebuah adegan, seorang COWOK yang
sedang menyukai perempuan ada di kamarnya sedang membayangkan seorang CEWEK.
Ternyata, pada saat yang sama, si CEWEK itu juga sedang membayangkan si COWOK.
Pada adegan ini dibutuhkan perpindahan gambar dari CEWEK ke COWOK, kembali ke
CEWEK, dan seterusnya.
Ada 2 cara penulisan INTERCUT
WITH, yang kita bisa pilih salah satunya.
Contoh I penulisan INTERCUT WITH:
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SIANG
DANIEL menyetir dengan gelisah. Melihat HP yang tegeletak
di jok sebelahnya, DANIEL menyambarnya. Sambil tetap waspada pada jalanan di
depan, DANIEL menekan nomer telepon. Setelah selesai, dia pasang hand’s free itu di telinganya.
INTERCUT WITH:
INT. RUMAH ASTUTI. RUANG TENGAH – SIANG
Telepon rumah berdering. ASTUTI keluar dari kamarnya
menuju meja telepon, mengangkat gagang telepon dan bicara..
ASTUTI
Halo..
DANIEL
Halo, Ti.. ini aku.. Daniel..
ASTUTI
(KAGET. CEMAS) Ya ampun, Daniel.. kamu kemana aja!? Semua
orang mencari kamu.
DANIEL
Astuti.. aku butuh kamu. Aku pengen ketemu kamu.
INTERCUT
BETWEEN SAMUEL AND MARIA:
SAMUEL berdiri, menuju jendela, horden dibuka, memandangi keluar, entah kemana.
MARIA bangun dari tidurnya, menuju ke jendela, membuka
horden, memandangi keluar dengan
senyum.
SAMUEL juga tersenyum, dia sedang bahagia.
16. Kerapian Penulisan Skenario
Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya, bahwa skenario
akan dibaca oleh beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan film. Ini berarti
bahwa diperlukan kerapian sebuah skenario. Di bawah ini ada beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan dalam menulis skenario.
a. Pada lembaran pertama skenario adalah
lembaran judul, penulis skenario, dan tanggal penulisan skenario.
b. Skenario harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, sehingga akan mudah dimengerti oleh pembaca.
c. Penggunaan tanda baca harus diperhatikan, yang sebisa
mungkin menggunakan ketetapan yang ada pada EYD.
d. Skenario yang sudah selesai ditulis,
agar dibaca lagi dari awal hingga akhir. Selain untuk memastikan dialog, scene maupun dramaturgi, juga untuk
mendapati kesalahan-kesalahan tulisan yang bisa dibetulkan.
e. Jangan menulis Scene Heading di akhir
halaman.
f. Jangan menulis Action di awal halaman.
g. Tidak menulis Nama Tokoh (untuk
dialog) di akhir halaman.
h. Dialog tidak ditulis di awal halaman.
i. Tidak mengawali halaman dengan
transition (CUT TO, FADE TO, DISSOLVE TO,
dan lain-lain).
Sebaiknya skenario diakhiri dengan Nama Penulis dan Tanggal
penulisan. Dan jika diperlukan, nomer HP penulis juga tercantum. Agar
memudahkan bagi sutradara atau kru yang lain menghubungi penulis ketika ada
bagian dari skenario yang kurang jelas.
Skenario adalah kumpulan teks yang berisi adegan cerita
dimulai dari kerangka cerita sampai dengan pengembangan alur cerita berdasarkan
konflik tokoh-tokoh pada film. Dalam menulis cerita untuk skenario film, ada
beberapa hal penting yang layak dicermati, yaitu penulis tidak sedang menulis
cerita untuk diri sendiri, melainkan untuk dipertontonkan kepada orang banyak/penonton.
Premis adalah ide/ inti sari
dari sebuah cerita. Biasanya
premis hanya dibuat dalam 1 atau 2 kalimat. Sinopsis adalah sebuah ringkasan
cerita. Berarti cerita dibuat secara ringkas yaitu singkat, padat, dan jelas.
Scene Plot/Treatment bisa dikatakan sebagai blue print. Dari scene plot dramaturgi akan dibuat cerita secara gamblang. Kapan
masalah dimulai? Kapan masalah akan memuncak (turning point)? Dan bagaimana penyelesaian masalahnya?
Penulisan scene
heading selalu diawali dengan nomer scene,
lalu INT (Interior, yang berarti di dalam ruangan) atau EXT (Exterior, berarti
di luar ruangan). Baru kemudian diikuti dengan tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar